Memajukan Pendidikan Hanya Masalah Integritas

Berbicara dunia pendidikan memang tidak akan ada habisnya, selalu saja muncul permalahan disegala aspek kehidupan. Karena pada dasarnya pendidikan tidak terlepas dari seluruh aspek kehidupan. Namun dalam kesempatan ini yang ingin berargumen sedikit tentang pendidikan sekolah. Sebagaimana kerap diberitakan media permasalahan yang sedah terjadi dalam dunia pendidikan adalah pasca diberhentikannya Kurikulum 2013, setidaknya untuk sebagian sekolah. Tentunya setiap keputusan yang diambil walaupun terasa "tergesa-gesa" pasti mempunyai alasan tersendiri dari pengambil kebijakan. Menurut saya sebenarnya kirikulum 2013 tidak membingungkan, hanya saja kebanyakan siswa, guru, dan masyarakat (orangtua murid) belum siap mengimplementasikannya. sehingga yang terjadi adalah manipulasi penilaian.

Dikurikulum 2013 siswa dituntut untuk belajar lebih mandiri (lebih banyak menggali informasi sendiri) tapi didaerah tertentu hal itu sangat sulit dilakukan.
Kurikulum lebih menekankan pada karakter dibandingkan pengetahuan, tapi penghakiman (ujian nasional) justru hanya pada aspek pengetahuan saja. Sehingga yang terjadi malah karakter dan integritas guru yang terancam, karena harus memanipulasi nilai peserta didik sebab tuntutan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kalau nilainya dibawah KKM maka siswa tersebut tidak akan LULUS dan yang menjadi "kambing hitam" adalah GURU. Apapun kurikulumnya kalau implementasinya masih seperti ini maka hasilnya akan tetap sama.

Sadarkah kita bahwa tidak mungkin semua anak bisa menguasai semua pelajaran, apalagi "sebagian sekolah" menetapkan KKM diatas 85 untuk semua pelajaran. Jangankan siswa, guru saja jika ditanya soal pelajaran lain walaupun hanya untuk jenjang SD saja masih banyak yang tidak mengerti.
Menurut saya KKM dan standar kelulusan yang membuat pendidikan kita hancur, karena akan menjadikan kegiatan PBM hanya sebatas formalitas untuk mengejar "angka". Dikarenakan dalam kurikulum 2013 diharapkan tidak ada siswa yang tinggal kelas sehingga guru berlomba2 "menambah" nilai siswa agar bisa "dianggap" tuntas. Bahkan saya sangat meragukan kalau semua siswa bisa menguasai semua pelajaran seperti yang tercermin dalam raport siswa sekarang ini.

Tidak mengapa siswa lulus semua, tapi jangan menggunakan KKM sebagai standar kelulusan. Jadikanlah "KARAKTER/SIKAP" sebagai penentu kelulusan. Banyak FAKTA yang sebagian besar kita tidak mau mengakui bahwa kecurangan UJIAN NASIONAL sudah menjadi hal yang biasa, berbagai macam trik dilakukan mulai dari memberikan beberapa jawaban kepada peserta ujian sampai menjual soal ujian kepada peserta ujian. Inilah karakter yang terbentuk dalam dunia pendidikan kita. Bukankah kita menginginkan generasi bangsa yang berkarakter? atau ini hanya isapan jempol belaka.

Sudah saat kita merubah pola pikir dunia pendidikan kita. Tidak perlu "menambah" nilai jika hanya untuk meluluskan, luluskan saja dengan nilai 5 atau berapa saja jika dia sudah menjadi "manusia". Bukankah tujuan pendidikan adalah MEMANUSIAKAN MANUSIA? setidaknya itulah yang saya pelajari dibangku kuliah. Karena ketika peserta didik sudah menjadi "manusia" maka tidak mungkin dia tidak memiliki pengetahuan sama sekali.



Yang menjadi permasalahannya adalah bagaimana guru bisa terus mempertahankan "integritasnya" dalam mendidik generasi bangsa? Sedangkan tekanan yang dihadapi guru luar biasa beratnya.

Saya teringat ucapan guru saya 12 tahun yang lalu (saya masih SMA): "di Indonesia batu saja kita sekolahkan, tiga tahun kemudian akan lulus juga". Dan ternyata hal itu masih terjadi sampai sekarang.

Ini hanyalah opini - desakan hati menggerakkan jari!
Pak DZ

Guru Matematika SMA Negeri 5 Kejuruan Muda

Post a Comment

Previous Post Next Post